Bibit aren yang dikembangkan oleh penulis
Sebagaimana umumnya tumbuhan palma (kecuali kurma), maka aren (arenga
pinnata-Merr) juga termasuk tumbuhan berumah satu, atau monoecious atau hermaprodit alias
banci.
Jadi, tidak ada istilah aren jantan atau aren betina, seperti beberapa tumbuhan
lainnya. Namun, aren termasuk jenis tumbuhan yang bersifat hermaprodit
protogini, dimana putik keluar duluan, sehingga tidak ada kemungkinan
terjadinya penyerbukan sendiri. Biji aren sendiri bersifat apogami, lembaganya
bisa tumbuh berkembang tanpa melalui proses penyerbukan. Meski demikian, untuk perbanyakan
bahan tanam, sebaiknya dipilihkan dari biji yang berasal dari induk yang tumbuh
bersama banyak pepohonan aren lainnya, sehingga besar kemungkinan terjadi
penyerbukan. Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada kebanyakan biji
pohon, yang diserbuki akan tumbuh lebih baik dari pada yang apogami. Namun hal
ini tidak berlaku pada manggis, misalnya. Manggis dapat tumbuh sangat baik meski
bijinya bersifat apogami. Karena bijinya tumbuh secara apogami, semua biji
manggis itu jika berhasil ditumbuhkan hingga dewasa, akan menghasilkan buah.
Semua manggis adalah betina, tidak ada yang jantan, kecuali terjadi kelainan
genetika.
Aren mula-mula tumbuh vegetatif, yakni tumbuh akar, batang dan daun.
Setelah ia merasa dirinya cukup dewasa, sekitar umur 7 tahun, maka aren akan
mulai tumbuh generatif. Keluarlah tandan betina, berisi buah, yang biasa
dibikin kolang-kaling. Keluarnya tandan betina itu dari celah pelepah paling
atas. Lalu keluar tandan betina kedua, dari celah pelepah paling atas kedua.
Begitulah seterusnya, makin lama makin ke bawah. Jumlah tandan buah betina ini
antara 3 sd 7 tandan dan tenggat waktu keluarnya cukup rapat.
Sejak keluarnya tandan betina pertama, aren berhenti total tumbuh vegetatif.
Artinya, aren tidak bertambah tinggi lagi, juga tidak keluar daun baru lagi.
Karenanya, jangan sembarangan memotong pelepah daun aren. Minimal 12 pelepah
harus tersisa dalam satu pohon.
Setelah habis tandan betina, lalu keluarlah tandan jantan. Isinya adalah bunga,
sebesar buah melinjo yang besar. Warnanya ada yang hijau ungu, kuning, atau ada
juga yang warnanya merah kehitaman. Jika pecah akan mengeluarkan serbuk
sari yang sangat banyak, berwarna kuning kunyit.
Tandan jantan inilah yang biasa disadap orang untuk diambil niranya. Nira aren
lalu diolah menjadi gula aren, gula semut, gula meja cair, minuman segar dingin
(jus nira), alkohol, ethanol atau pun methanol.
Membudidayakan aren nyaris tidak mengenal istilah gagal, karena hampir setiap
pohon aren pada waktunya akan mengeluarkan tandan betina dan tandan jantan. Memang terkadang ada juga pohon aren yang tidak mengeluarkan nira,
tetapi itu jumlahnya tidak signifikan.
Dalam sedikit kasus, ditemukan pohon aren yang hanya menghasilkan tandan
jantan, sehingga semua tandannya dapat disadap. Aren yang model begini di
sebagian daerah dinamakan aren kelapa. Hal ini terjadi akibat kelainan
genetika.Biasanya sifat gen jantan menjadi dominan sedangkan sifat gen betina
menjadi resesif. Bila bisa dikembangkan secara kultur jaringan, maka aren kelapa atau aren wuk wuk ini adalah calon sumber eksplan yang baik. Namun aren kelapa ini memiliki kekurangan juga, yakni biasanya kadar gula niranya lebih rendah dari pada aren yang normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar